“Ini kejahatan luar biasa, tapi kita tangani dengan cara biasa. Kita terlalu banyak bermain peran seolah-olah suci, padahal faktanya tidak seperti itu,” tegas Hironimus.
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap ketidakefektifan upaya pemberantasan narkoba, padahal jalur masuk narkotika di Kepulauan Kei sangat terbatas. Menurutnya, ketidaktegasan pemerintah dan kemiskinan adalah akar utama yang membuat peredaran barang haram tersebut tak kunjung teratasi.
“Musuh utama kita bukan sekadar narkoba, tapi kemiskinan. Dan jangan tutupi kegagalan kita dengan seremoni. Banyak peraturan daerah yang kita buat tapi tidak pernah dijalankan, kecuali yang berkaitan dengan anggaran,” kritiknya.
Usul Tes Narkoba Serentak di Instansi Pemerintah
Dalam kesempatan itu, Hironimus mengusulkan agar semua instansi pemerintahan, termasuk desa, melakukan tes narkoba secara menyeluruh dan mendadak terhadap ASN dan perangkatnya.
“Kalau kita ingin bersih, mulai dari dalam dulu. Saya siap memerintahkan perangkat Ohoi Langgur untuk diperiksa hari ini juga,” ujarnya.
Dumatubun juga menyebut telah menerapkan syarat bebas narkoba dalam pemilihan ketua pemuda di wilayahnya. Tes dilakukan tanpa pemberitahuan, berbeda dengan praktik lama yang memberi ruang untuk bersiap-siap dan menghindari hasil positif.
Pendidikan Guru dan Deteksi Anak Pengguna
Selain itu, Hironimus menyoroti lemahnya kemampuan guru dalam mendeteksi penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Ia mendorong Dinas Pendidikan untuk memberikan pelatihan khusus, terutama bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK), agar bisa mengenali gejala penyalahgunaan narkotika di sekolah.
“Modus baru sekarang, narkoba dititipkan kepada anak-anak kecil. Mereka hanya diminta antar dan terima, lalu diberi uang lima puluh ribu. Ini sangat berbahaya karena mereka tidak tahu apa yang mereka bawa,” ungkapnya.
Dirinya menggambarkan bahwa pengguna narkoba memiliki stamina di luar kebiasaan manusia normal, mampu terlibat dalam konflik fisik hingga dini hari tanpa kelelahan seperti efek alkohol.
Rehabilitasi: Pemerintah Harus Hadir dan Bertanggung Jawab
Lebih lanjut, Hironimus mendorong pemerintah daerah untuk turut mengalokasikan anggaran dalam mendukung program rehabilitasi korban narkoba. Ia menegaskan bahwa banyak keluarga tidak mampu yang membutuhkan bantuan, namun tak tahu harus ke mana.
“Saya sudah tangani langsung tiga anak muda. Saya bilang, kalau kamu mau berubah, saya cari biaya rehabilitasinya. Jangan biarkan mereka terjerat terus karena tak ada jalan keluar,” tegasnya.
Menurutnya, jika ada komitmen pemerintah daerah untuk ikut mendanai rehabilitasi, maka akan lebih banyak nyawa yang terselamatkan.
Pemerintah Kunci Utama: “Kalau Pemerintah Bilang Stop, Maka Stop”
Menutup pernyataannya, Hironimus menyatakan bahwa kunci utama pemberantasan narkoba ada di tangan pemerintah sebagai pusat perputaran uang.
“Barang tidak jalan kalau tidak ada uang. Dan uang itu pusatnya di pemerintah. Jadi kalau pemerintah bilang stop, maka stop. Jangan wariskan beban ini ke generasi selanjutnya hanya karena kita tidak mampu menyelesaikannya,” tandasnya.
Ia pun meminta agar semua pihak yang hadir benar-benar serius, bukan hanya datang untuk memenuhi undangan, tetapi pulang dengan komitmen nyata memerangi narkoba mulai dari lingkungan masing-masing.