Pentas seni yang digelar dengan tema “Bintang Kecil Bersinar di Panggung Anak Gembira, Indonesia Bahagia” menjadi ajang unjuk kreativitas anak-anak usia dini yang telah dibina melalui proses pendidikan yang menyenangkan dan penuh kasih. Dalam suasana meriah dan penuh semangat, anak-anak tampil percaya diri di atas panggung, mencerminkan hasil pembelajaran yang menyentuh aspek kognitif, sosial, dan emosional.
Rahayu memberikan apresiasi tinggi kepada para orang tua, guru, dan anak-anak yang telah menunjukkan semangat luar biasa dalam menjalani proses pendidikan sejak dini.
“Bayangkan, anak-anak kita sudah bangun sejak pukul 5 pagi, bersiap dengan gembira, tanpa paksaan. Mereka datang dengan sukacita, dan guru-guru pun tetap tersenyum meski lelah. Inilah wajah pendidikan yang kita harapkan: menyenangkan, partisipatif, dan penuh kasih,” ujarnya.
Golden Age, Waktu Emas yang Tak Bisa Diulang
Theresia menegaskan bahwa usia dini merupakan masa “Golden Age” di mana perkembangan otak, fisik, mental, dan emosional anak berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, menyekolahkan anak pada usia dini adalah keputusan strategis yang sangat penting.
“Inilah masa fondasi. Tanpa fondasi yang kuat, mustahil kita berharap anak-anak siap menghadapi tantangan belajar di jenjang selanjutnya,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa terdapat enam kemampuan fondasi yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini: nilai moral dan agama, budi pekerti, keterampilan dasar, kemampuan sosial, bahasa, serta kematangan emosional. Semuanya harus dirancang melalui stimulasi yang terstruktur dan kolaboratif antara guru dan orang tua.
Kemampuan Emosional Anak Perlu Dilatih Sejak Dini
Kemampuan untuk mengelola emosi menjadi salah satu indikator penting dalam kesiapan anak memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi. Theresia mencontohkan bagaimana beberapa anak mungkin pernah menunjukkan perilaku emosional ekstrem seperti berguling-guling ketika marah. Namun, ia menegaskan bahwa itulah bagian dari proses belajar.
“Yang terpenting adalah bagaimana anak-anak ini dibimbing untuk mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan sehat. Ini perlu sinergi antara sekolah dan rumah,” kata Theresia.
Belajar Harus Menyenangkan Sejak Dini
Theresia juga menyoroti pentingnya menanamkan kesadaran bahwa proses belajar itu menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan beban. Ia menyayangkan masih adanya anak-anak yang sudah memasuki jenjang pendidikan tinggi tetapi tidak memiliki semangat belajar.
“Ada yang fisiknya di sekolah, tapi jiwanya tidak hadir. Itu karena tidak dibangun fondasi cinta belajar sejak kecil,” ujarnya prihatin.
Ia menyebut bahwa pendidikan usia dini bukan hanya memberi anak pengetahuan, tetapi juga menanamkan rasa percaya diri, disiplin, dan nilai-nilai sosial yang akan menjadi bekal sepanjang hidup mereka.
PAUD Bukan Tempat Titipan, Tapi Proses Mendidik Anak Secara Utuh
Dalam sambutannya, Theresia juga mengkritisi pandangan keliru sebagian masyarakat yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak penting.
“Masih ada orang tua yang menganggap lebih baik anak di rumah saja sampai usia sekolah dasar. Padahal, masa PAUD sangat krusial untuk menyiapkan aspek karakter dan moral anak sejak dini,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini pendidikan nasional sudah memiliki standar capaian perkembangan anak (STPA) yang menjadi indikator kelulusan di jenjang PAUD, berbeda dengan standar kompetensi di SD atau SMP.
Panggung Pentas Anak, Cermin Capaian Belajar
Pentas seni bertema “Bintang Kecil Bersinar di Panggung Anak Gembira, Indonesia Bahagia”, menurut Theresia, bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi cermin dari proses pembelajaran yang terarah dan menyeluruh.
“Apa yang akan kita lihat bukan hanya nyanyian atau tarian, tapi refleksi dari proses panjang stimulasi nilai moral, sosial, bahasa, dan kepercayaan diri anak-anak kita,” katanya.
Ajakan Menjadi Pelaku Pendidikan yang Bertanggung Jawab
Menutup sambutannya, Theresia mengajak semua pihak, terutama para pendidik PAUD, untuk memahami bahwa tugas mereka bukan hanya mendampingi anak, tetapi menyiapkan generasi bangsa.
“Menjadi guru PAUD adalah pekerjaan paling serius. Kita sedang membangun masa depan. Maka marilah kita jalani dengan sepenuh hati, ilmu, dan semangat untuk terus bersinergi dengan keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.