Kepala TK Negeri Pembina Langgur, Farida Ariyani Ingratubun, S.Pd, menegaskan bahwa seluruh penampilan yang dipersembahkan siswa mencakup enam bidang utama pengembangan anak usia dini, mulai dari nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, hingga seni.
“Pentas seni ini bukan hanya pertunjukan. Di dalamnya sudah mencakup seluruh aspek pengembangan anak. Ini adalah ajang anak-anak menunjukkan potensi diri mereka secara utuh,” ujar Farida usai kegiatan.
Ia juga menjelaskan bahwa sekolah tidak menyelenggarakan acara wisuda untuk siswa yang lulus. Menurutnya, wisuda bukanlah keharusan dan bukan pula kebijakan yang berlaku di seluruh TK Negeri. Sebagai gantinya, pihak sekolah menggelar selebrasi akhir tahun yang dikemas dengan cara menyenangkan dan membekas dalam memori anak.
“Bagi kami, wisuda adalah sesuatu yang sakral. Tapi untuk TK Negeri, memang tidak diizinkan menyelenggarakan wisuda. Kami memilih selebrasi yang sederhana namun berkesan, yang akan dikenang anak-anak sepanjang hidup mereka,” tambahnya.
Farida menekankan pentingnya menjaga masa usia emas anak-anak agar tidak terpengaruh dampak negatif dari era digital. Ia mendorong sinergi antara guru dan orang tua agar proses tumbuh kembang anak lebih optimal.
“Anak-anak itu perlu didampingi dan dimotivasi terus. Jangan pernah mengatakan mereka tidak mampu. Di masa digital ini, tanpa kontrol orang tua, anak-anak bisa sangat dirugikan. Tapi jika orang tua dan guru bekerja sama, mereka pasti bisa berkembang lebih baik,” tuturnya.
Saat ini TK Negeri Pembina Langgur membina 83 anak, dengan 58 anak yang menyelesaikan pendidikan tahun ini. Sekolah ini memiliki 9 guru, terdiri dari 7 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 2 guru honorer yang masuk dalam data pokok pendidikan (dapodik). Selain itu, terdapat 4 guru tambahan yang dibiayai dari dana komite.
Farida juga mengungkapkan bahwa jumlah peserta didik tahun ini dibatasi karena keterbatasan tenaga pengajar. Tahun lalu, jumlah murid mencapai 131 orang, namun setelah ada mutasi guru yang dipromosikan menjadi kepala sekolah, pihaknya memutuskan untuk menerima siswa secara terbatas.
“Tahun ini kami batasi karena mengajar anak usia dini itu butuh tenaga ekstra. Dari 87 anak yang terdaftar, 4 di antaranya pindah, sehingga jumlah yang aktif saat ini 83,” jelasnya.
Pentas seni ini menjadi momentum penuh kegembiraan dan kebanggaan, tidak hanya bagi para siswa, tetapi juga bagi guru dan orang tua yang hadir. Anak-anak tampil percaya diri dengan tarian, lagu, dan drama yang mencerminkan semangat belajar dan ekspresi tanpa batas.