Seruan itu disampaikan Bima saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar secara hybrid dari Gedung Sasana Bhakti Praja Kemendagri, Jakarta, Senin (17/11/2025). Rakor turut membahas peran Pemda dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta evaluasi dukungan daerah terhadap Program Tiga Juta Rumah.
Bima menjelaskan kenaikan inflasi nasional sebesar 0,28 persen dibandingkan September dipengaruhi kombinasi faktor global dan domestik. Ia menyoroti dampak shutdown pemerintahan federal Amerika Serikat selama 43 hari, kecenderungan deflasi di Cina akibat krisis properti, serta kenaikan harga emas yang ikut mengguncang stabilitas harga dunia.
Di dalam negeri, sejumlah komoditas menjadi penyumbang inflasi bulanan, terutama emas perhiasan, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan wortel. Bima mengingatkan daerah untuk mewaspadai tekanan harga menjelang Natal dan Tahun Baru serta potensi gangguan pasokan akibat cuaca.
Kemendagri mencatat lima provinsi dengan inflasi tertinggi adalah Sumatera Utara (4,97 persen), Riau (4,95 persen), Aceh (4,66 persen), Sumatera Barat (4,52 persen), dan Sulawesi Tengah (3,92 persen). Sementara inflasi terendah terjadi di Papua (0,53 persen), Maluku Utara (1,18 persen), dan Lampung (1,20 persen).
Untuk tingkat kabupaten, inflasi tertinggi tercatat di Kerinci (6,70 persen), Tolitoli (6,69 persen), dan Pasaman Barat (6,67 persen). Sedangkan di tingkat kota, Padangsidimpuan (5,71 persen) dan Gunungsitoli (5,22 persen) memimpin daftar tertinggi. “Kerja sama dengan daerah-daerah champion itu penting,” tegas Bima.
Rakor turut dihadiri Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, pejabat Badan Pangan Nasional, Dirjen Perumahan dan Permukiman, Badan Gizi Nasional, serta perwakilan Kantor Staf Presiden.


