Menurutnya, festival yang digelar di Pantai Ngursanadan, Ohoi Ohoililir, Senin (27/10/2025), bukan sekadar ajang pariwisata tahunan, tetapi telah menjadi momentum kebangkitan ekonomi lokal yang menetes hingga lapisan bawah masyarakat (trickle down effect) dan menyebar antarwilayah (spread effect).
“Event ini membawa dampak positif bagi kawasan Kei. Tetesan ekonomi dan perkembangan sektor pariwisata akan semakin dirasakan masyarakat di pulau-pulau ini,” ujar Renuat dalam sambutannya.
Ia berharap pemerintah pusat memberi perhatian lebih terhadap FPMK agar bisa ditetapkan sebagai festival berskala nasional yang mewakili Maluku di tingkat nasional. “Kita ingin momentum emas ini menggema di seluruh Indonesia dan menjadi satu-satunya festival yang diakui secara nasional,” tambahnya.
Renuat hadir bersama Wakil Wali Kota Tual Hi. Amir Rumra, S.Pi., M.Si., serta jajaran Forkopimda Kota Tual. Acara puncak FPMK 2025 juga dihadiri Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun, Bupati Mimika Johannes Rettob, dan sejumlah pejabat daerah lainnya.
Festival yang sudah dikenal secara nasional ini menampilkan ragam budaya masyarakat Kei, pertunjukan musik dan tarian tradisional, serta produk ekonomi kreatif khas Maluku Tenggara dan Kota Tual.


