Ketua Panitia FPMK 2025, Budhi Toffy, yang juga Sekretaris Dinas Pariwisata Maluku Tenggara, mengatakan festival tahun ini akan dikemas lebih meriah dengan berbagai kegiatan budaya, olahraga, dan pameran ekonomi kreatif.
“Festival Pesona Meti Kei adalah pesta orang Kei dan kebanggaan Maluku. Dulu disebut surga tersembunyi, kini kita jadikan Kei sebagai surga nyata pariwisata di ujung timur Indonesia,” kata Budhi dalam konferensi pers di Kantor Dinas Pariwisata, Selasa (7/10/2025).
Rangkaian Kegiatan Seru
FPMK 2025 akan menampilkan beragam lomba menarik, mulai dari Lomba Goyang Kreasi Meti Kei, Lomba Dayung Dragon Boat di Desa Wisata Sathean, hingga Pameran Ekonomi Kreatif yang menghadirkan produk lokal masyarakat Kei.
Kegiatan inti berupa Wear Warat, yang menjadi ikon Festival, akan menampilkan keindahan fenomena alam surutnya air laut yang memperlihatkan hamparan pasir putih luas di tengah lautan.
Puncak acara pada 27 Oktober 2025 akan diisi dengan Festival Budaya Kei menampilkan tarian tradisional, kolaborasi seni modern, serta pertunjukan dari berbagai talenta lokal dan koreografer muda.
Diminati Wisatawan dan Tokoh Nasional
Budhi menyebut, sejumlah Bupati, Gubernur, hingga Menteri dijadwalkan hadir dalam festival ini. Tak hanya itu, wisatawan mancanegara, termasuk keluarga asal Belanda, juga telah memesan perjalanan menuju Kepulauan Kei untuk menyaksikan langsung kemeriahan festival
Dukungan dan Promosi Luas
Sebagai event berskala nasional, FPMK 2025 akan dipromosikan melalui berbagai media, baik online, media sosial, maupun media internasional.
“Kami mengajak seluruh masyarakat Kei dan Maluku Tenggara untuk mendukung penuh festival ini. Semakin banyak yang terlibat, semakin besar dampak positifnya bagi ekonomi dan pariwisata daerah,” ujar Budhi.
Kei, Dari Surga Tersembunyi Jadi Surga Nyata
Budhi berharap, kesuksesan FPMK 2025 bisa berlanjut ke tahun depan agar Kei terus dikenal sebagai destinasi unggulan Indonesia Timur.
“Tahun depan kita ingin tetap masuk kalender nasional. Kei adalah surga nyata pariwisata yang berkelanjutan di ujung timur Indonesia,” tutupnya.


