Festival ini berakar dari fenomena alam langka Meti Kei, ketika air laut surut ekstrem hingga memungkinkan masyarakat berjalan ratusan meter ke tengah laut. Pada momen inilah tradisi sakral Wer Warat, penangkapan ikan massal dengan tangan kosong dan alat sederhana, digelar sebagai wujud syukur masyarakat Kei atas hasil laut.
Selain Wer Warat, FPMK 2025 menyuguhkan beragam kegiatan budaya dan wisata, seperti Karnaval Budaya, Pameran Ekraf, Lomba Goyang Metikei, Dragon Boat Race, Island Explore, serta tur sejarah Van Kurkurat. Tidak ketinggalan aksi ramah lingkungan lewat Cleaning Day yang melibatkan wisatawan dan masyarakat.
Pemerintah daerah menegaskan, meski dengan anggaran lebih efisien, festival tahun ini tetap mengedepankan pelestarian budaya sekaligus penguatan ekonomi lokal. Kehadiran wisatawan diprediksi memberi dampak positif bagi UMKM, pengrajin, homestay, hingga operator transportasi laut di Maluku Tenggara.
FPMK 2025 juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas seni, pelaku usaha, dan sponsor nasional seperti PLN, Suzuki, hingga bank pemerintah. Promosi digencarkan melalui media sosial, kanal YouTube Visit Kei, hingga liputan media nasional, demi memperluas daya tarik festival ke panggung internasional.
Dengan mengusung tema “Akselerasi Pembangunan Pariwisata Maluku Tenggara Menuju Destinasi Regenerative Tourism yang Berkelanjutan”, festival ini menekankan pentingnya kelestarian alam, identitas budaya, dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Festival Pesona Meti Kei pun diharapkan menjadi ikon pariwisata berkelas dunia yang ramah lingkungan dan inklusif. Ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara ditargetkan hadir, merasakan keunikan tradisi Kei sekaligus kehangatan masyarakat setempat.