Munir memperoleh 52 suara, sementara Henry Bangun mengantongi 35 suara. Dari total 87 suara yang berasal dari 39 PWI provinsi, seluruhnya dinyatakan sah tanpa ada abstain maupun suara batal.
Persaingan Sengit di Kongres
Proses pemilihan berlangsung ketat dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kongres PWI. Pada awal perhitungan, Henry Bangun sempat unggul tipis, namun sejak Munir mencapai angka 15 suara, posisinya tidak lagi terkejar hingga menutup kemenangan dengan selisih signifikan.
Selain Ketua Umum, kongres juga memilih Atal S. Depari sebagai Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat. Atal unggul tipis atas Sihono HT dengan 44 suara berbanding 42 suara, sementara satu suara dinyatakan tidak sah.
Janji Rekonsiliasi dan Pemulihan Citra
Dalam visi-misinya, Munir menegaskan pentingnya rekonsiliasi internal untuk mengakhiri polarisasi yang sempat membelit organisasi wartawan tertua di Indonesia itu.
“Dampak dualisme kepengurusan membuat branding kita kehilangan trust. Tugas utama kita adalah membangun kembali kepercayaan dan memulihkan citra PWI,” ujar Munir.
Ia juga menggagas penyelenggaraan Festival Pers Nasional sebagai langkah mengembalikan reputasi PWI di mata publik dan pemangku kepentingan.
“Jika diberi kepercayaan, saya akan membangun ekosistem pers Indonesia di tengah disrupsi media sosial,” tegasnya.
Formatur Pengurus PWI Pusat
Usai terpilih, Munir bersama Atal S. Depari memimpin sidang pleno pembentukan tim formatur. Tiga anggota formatur ditetapkan, yakni Fathurrahman (Sumatra), Lutfi Hakim (Jawa), dan Sarjono (Sulawesi). Tim ini diberi waktu 30 hari untuk menyusun kepengurusan PWI Pusat periode 2025–2030.
Profil Singkat Akhmad Munir
Munir lahir di Sumenep, 15 Desember 1966. Ia menamatkan studi di FISIP Universitas Jember dengan biaya kuliah dari menulis artikel di media. Karier jurnalistiknya dimulai pada 1992 sebagai Pembantu Koresponden Antara di Madura.
Ia kemudian menjabat Kepala Biro Antara Bengkulu (2008–2009), Kepala Biro Jawa Timur, lalu dipercaya menjadi Ketua PWI Jawa Timur selama dua periode (2010–2019). Kariernya di LKBN Antara terus menanjak, mulai dari Direktur Pemberitaan (2018–2023) hingga kini menjabat Direktur Utama (2023–sekarang).
Tantangan PWI di Era Disrupsi
Kemenangan Munir menandai babak baru bagi PWI setelah beberapa tahun terakhir diwarnai tarik-menarik kepentingan dan dualisme kepengurusan.
Namun tantangan besar menanti. PWI harus menghadapi krisis kepercayaan publik akibat maraknya hoaks, jurnalisme transaksional, serta dominasi informasi liar di media sosial. Di sisi lain, independensi PWI dituntut tetap terjaga dari intervensi politik maupun bisnis.
Janji Munir untuk melakukan rekonsiliasi internal dan menggelar festival pers nasional akan menjadi ujian awal kepemimpinannya. Jika berhasil, ia bukan hanya memulihkan citra PWI, tetapi juga memberi arah baru bagi masa depan pers Indonesia.