“Ini kisah nyata yang saya alami sendiri. IQ seseorang itu bukan dari gen orang tua, tetapi ditentukan oleh guru pengajar dan minat anak-anak didik,” tegas Rahantoknam.
Ia mengingatkan para pendidik agar tidak merasa rendah diri dalam menghadapi tantangan pendidikan. “Jangan dulu berpikir kita sudah rendah. Yakinlah, apa yang kita rancang berdasarkan data dan kondisi lapangan akan membawa perubahan besar bagi pendidikan di Maluku Tenggara,” ujarnya.
Lokakarya ini dihadiri perwakilan UPT Kemendikbud Provinsi Maluku, Balai Diklat Keagamaan Ambon, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ambon, pimpinan OPD lingkup Pemkab Maluku Tenggara, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, serta berbagai pemangku kepentingan pendidikan lainnya.
Rahantoknam berharap kegiatan ini menghasilkan rekomendasi program pendidikan yang konkret, terukur, dan berpihak pada isu-isu strategis seperti inklusi sosial, keberagaman bahasa, kesetaraan akses, serta pemanfaatan data dalam pengambilan keputusan.
“Mari jadikan kolaborasi dengan ekosistem pendidikan dan program inovasi fase 3 sebagai momentum kebangkitan pendidikan Kabupaten Maluku Tenggara,” katanya.
Kegiatan ini ditutup dengan pemukulan gong oleh Wakil Bupati sebagai tanda dimulainya program peningkatan mutu pendidikan secara resmi yang berlangsung selama empat hari kedepan.