Inda, siswi SMA Negeri 1 Kei Besar, Elat (sekarang SMA Negeri 1 Maluku Tenggara), tak menyangka dirinya dipercaya memegang tugas terhormat itu. “Kesan pertama saya tidak percaya. Kok bisa saya, dari Kei Besar, terpilih membawa baki di Kabupaten Maluku Tenggara. Itu kebanggaan luar biasa,” ungkap Inda penuh haru usai upacara.
Bagi Inda, mengemban amanah itu bukan sekadar seremonial, melainkan wujud penghormatan kepada jasa para pahlawan bangsa. “Makna kemerdekaan itu perjuangan. Kita harus mengenang dan melanjutkan semangat para pejuang yang telah mendahului kita,” tuturnya tegas.
Dengan mata berbinar, Inda juga menitipkan pesan bagi generasi penerus Paskibraka di Maluku Tenggara. “Pantang menyerah, tetap berusaha, yakin sama diri sendiri, dan yang paling penting percaya diri,” katanya lantang, memancarkan semangat khas putri daerah.
Kebanggaan itu juga dirasakan ayahnya, Serka Syarif Natal Tuarita, yang turut menyaksikan putrinya menorehkan sejarah.
“Sebagai orang tua, saya ingin yang terbaik untuk anak saya. Latihan memang berat, ada keterbatasan fisik, tapi dengan dukungan pelatih dan doa kami, akhirnya Inda bisa menunjukkan pencapaian luar biasa hari ini,” ujarnya penuh rasa syukur.
Syarif menambahkan, perjalanan Inda menuju posisi bergengsi ini bukanlah kebetulan. Tahun sebelumnya, ia sudah terpilih sebagai pembawa baki pada upacara tingkat kecamatan di Kei Besar. “Dia memang punya dasar dan pengalaman. Sejak awal dia sudah bercita-cita, dan hari ini terbukti kerja kerasnya membuahkan hasil,” imbuhnya bangga.
Di balik rasa syukur, sang ayah tetap menekankan agar Inda tidak larut dalam euforia. “Kami selalu ingatkan untuk tetap rendah hati, jangan sombong. Prestasi ini harus jadi motivasi, bukan kesombongan,” pesannya.
Kini, Inda semakin mantap menatap masa depan. Cita-citanya jelas: menjadi taruni Akmil (TNI), mengikuti jejak sang ayah. “Semoga Insyaallah bisa tercapai,” ucapnya penuh keyakinan.
Di usianya yang baru 17 tahun, Inda Chantika Tuarita telah membuktikan bahwa putri dari pulau terpencil Kei Besar mampu berdiri gagah di panggung sejarah Maluku Tenggara. Sebuah bukti bahwa semangat kemerdekaan tak mengenal batas wilayah, melainkan keberanian, kerja keras, dan keyakinan diri.