Festival Tutup Sasi Teluk UN Ohoi Taar 2025, Wujud Komitmen Jaga Laut dan Warisan Adat Kei

 

Festival Tutup Sasi Teluk UN Ohoi Taar 2025, Wujud Komitmen Jaga Laut dan Warisan Adat Kei. Foto/dok: Collage.
TUAL, HARIANMALUKU.com — Pemerintah Kota Tual bersama masyarakat adat Ohoi Taar kembali meneguhkan komitmen menjaga kelestarian laut dan warisan budaya leluhur melalui Festival Pelaksanaan Tutup Sasi Teluk UN Ohoi Taar Tahun 2025, yang digelar pada Sabtu (13/12/2025) sore.

Kegiatan sakral yang berlangsung sejak pukul 15.30 WIT ini dipusatkan di Jembatan Lairko, Ohoi Taar, Kecamatan Pulau Dullah Selatan, dan berlangsung khidmat hingga menjelang malam.

Festival tersebut dihadiri sejumlah pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta tokoh adat dan masyarakat, di antaranya Wakil Wali Kota Tual Hi. Amir Rumra, S.Pi., M.Si., Wakapolres Tual Kompol Roni F. Manawan, Dandenpom Lanal Tual Mayor Laut (PM) Hendrijianto, Danramil 1503-01/Tual Kapten Inf Musa Renyaan, perwakilan Lanud D. Dumatubun, Kejaksaan Negeri Tual, serta Kepala Ohoi Taar Charles Jan Tarantein.

Bukan Sekadar Seremonial

Dalam sambutan Wali Kota Tual yang dibacakan Wakil Wali Kota Amir Rumra, ditegaskan bahwa sasi merupakan ajaran leluhur yang sarat nilai disiplin, kebersamaan, dan penghormatan terhadap alam.

“Festival tutup sasi hari ini bukan sekadar upacara seremonial, tetapi momentum refleksi bagaimana masyarakat Kei, khususnya Ohoi Taar, menjaga ekosistem perairan di tengah tantangan zaman modern,” ujarnya.

Pemerintah Kota Tual, lanjut Amir Rumra, memberikan apresiasi tinggi kepada para tetua adat, soa-soa, dan masyarakat Ohoi Taar yang konsisten mempertahankan tradisi tersebut. Pemkot juga berkomitmen mendukung pelestarian budaya lokal melalui penguatan ekonomi pesisir, pariwisata budaya, dan perlindungan lingkungan.

Edukasi Generasi Muda dan Pariwisata Budaya

Festival Tutup Sasi Teluk UN Ohoi Taar 2025 diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap kearifan lokal, mendorong pariwisata budaya berkelanjutan, serta memperkuat nilai ain ni ain sebagai fondasi persatuan masyarakat Kei.

“Tradisi ini adalah kekayaan yang tidak dimiliki daerah lain. Harus terus dirawat dan diwariskan tanpa kehilangan jati diri,” tegasnya sebelum secara resmi membuka rangkaian festival.

Makna Sasi dalam Sejarah Adat Kei

Pamong Wilayah 20, Santi Nurlete, S.Sos, dalam laporannya menjelaskan bahwa konsep hawear atau sasi berakar dari kisah leluhur perempuan Kei, Nen Dit Sakmas, yang menjadikan janur kuning sebagai simbol perlindungan dan larangan adat.

Sasi merupakan hukum adat yang berfungsi menjaga kelestarian sumber daya alam, baik laut, kebun, maupun hutan. Janur kuning dipasang sebagai tanda larangan mengambil atau memasuki wilayah tertentu dalam jangka waktu yang disepakati, dengan sanksi adat yang tegas bagi pelanggar.

Selain menjaga lingkungan, sasi juga berfungsi merawat kedamaian sosial dan mencegah konflik antarmasyarakat.

Ritual Adat hingga Penebaran Benih Laut

Rangkaian kegiatan diawali dengan ritual adat di kediaman Kepala Ohoi Taar, dilanjutkan prosesi menuju Teluk UN untuk pemasangan sasi, penebaran benih teripang, serta pelepasan benih terumbu karang sebagai simbol kepedulian terhadap keberlanjutan ekosistem laut.

Acara semakin semarak dengan penyambutan adat belan weswanwan, tarian Kilwan oleh siswa-siswi SMP Negeri 3 Tual, kunjungan ke stand pangan lokal, hingga jamuan makan bersama dan hiburan rakyat di Tavidu Beach.

Berjalan Aman dan Lancar

Seluruh rangkaian Festival Tutup Sasi Teluk UN Ohoi Taar Tahun 2025 berakhir pada pukul 18.37 WIT dan berlangsung aman, tertib, serta penuh makna.

Festival ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal masyarakat Kei tetap relevan sebagai solusi menjaga alam, memperkuat identitas budaya, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan di Kota Tual.

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR