Hal itu disampaikan Rahantoknam dalam sambutannya pada kegiatan Bimbingan Teknis Kesiapan Kelompok Perempuan Pengolah Produk Olahan Perikanan Menuju Standar Program MBG, yang digelar Senin, 20 Oktober 2025, di Aula Gereja Anugerah Perumnas Langgur.
“Setiap kita berusaha, kendala terbesar pasti di pemasaran. Nah, melalui program MBG ini kita ingin ibu-ibu kelompok usaha bisa terhubung dengan koperasi dan yayasan pengelola MBG, agar produk lokal bisa masuk ke pasar sekolah-sekolah,” ujar Rahantoknam.
Ia menjelaskan, kegiatan ini lahir dari hasil diskusi bersama tim Coastal Fisheries Initiative (CFI) – Global Environment Facility 6 (GEF-6), yang melihat potensi besar perempuan pesisir dalam menopang ketahanan pangan daerah.
Melalui program ini, kelompok perempuan pengolah ikan dilatih untuk memenuhi standar kesehatan, kualitas, dan daya saing pasar sehingga produk mereka dapat digunakan dalam program MBG.
Dorong Nilai Tambah dan Daya Saing Lokal
Wakil Bupati menyoroti bahwa rendahnya indeks pembangunan manusia dan nilai tukar nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara menjadi tantangan yang harus segera diatasi.
“Kalau cuma jual ikan mentah, nilainya kecil. Tapi kalau ikan diolah jadi produk kemasan, nilainya naik dan pendapatan ibu-ibu juga meningkat,” jelasnya.
Ia menegaskan, pemerintah bersama lintas sektor bertanggung jawab membekali pelaku usaha, khususnya perempuan pesisir, dengan keterampilan dan pengetahuan agar mampu bersaing dan mandiri secara ekonomi.
Sinergi Pemerintah dan Lintas Sektor
Program ini merupakan kolaborasi antara Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI melalui proyek GF6–CFI Indonesia, dengan dukungan WWF-US.
CFI sendiri telah menjangkau lebih dari 5.300 nelayan, termasuk 32 persen di antaranya perempuan, serta mendorong kemitraan kelompok nelayan dengan jaringan retail modern.
Selain melatih keterampilan teknis, proyek ini juga mengadopsi prinsip “sasi” – tradisi lokal pelarangan mengambil hasil laut dalam jangka waktu tertentu – untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan keseimbangan ekonomi masyarakat.
Fokus pada Ketahanan Pangan dan Pengentasan Stunting
Rahantoknam menekankan, program MBG tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari upaya menekan angka stunting dan kemiskinan di Maluku Tenggara.
“Kita tahu unggulan daerah ini adalah perikanan dan pariwisata. Kalau MBG butuh ikan, maka kita fokus di situ. Jangan gengsi jadi nelayan atau petani, karena dari merekalah lahir anak-anak yang sukses dan bisa bekerja di masa depan,” tuturnya.
Apresiasi dan Pesan Motivasi
Di akhir sambutannya, Rahantoknam menyampaikan apresiasi kepada Kementerian KKP RI, GEF-6, CFI, dan WWF-US, serta seluruh peserta bimtek yang hadir dari berbagai wilayah pesisir Maluku Tenggara.
“Kalau sudah ada niat baik untuk meningkatkan ekonomi keluarga, walaupun seribu kali jatuh, dua ribu kali kita harus bangkit,” pungkasnya.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan simbolis hasil ekoprin kepada perwakilan kelompok perempuan pengolah ikan, disaksikan perwakilan KKP, Dinas Perikanan, serta tim pelaksana proyek GF6–CFI Indonesia.


