Hari Nen Dit Sakmas ke-7, Bupati Malra: Hargai Perempuan, Jaga Adat Kei

Bupati Malra M. Thaher Hanubun. Foto/dok: Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan. 
LANGGUR, MALUKU TENGGARA – Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara menggelar Ceremony dan Ziarah dalam rangka memperingati Hari Nen Dit Sakmas ke-7 tahun 2025. Peringatan ini menjadi momentum penghormatan terhadap tokoh sentral lahirnya Hukum Adat Larvul Ngabal, Nen Dit Sakmas, yang dikenal sebagai simbol keberanian dan martabat perempuan Kei.

Acara acara Ceremony digelar pada Sabtu (6/9/2025) di Landmark “Langgur untuk Indonesia”, dihadiri langsung oleh Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Thaher Hanubun, Forkopimda, tokoh adat, tokoh agama, serta masyarakat. Sementara kegiatan ziarah akan dilaksanakan Senin (8/9/2025) di sejumlah lokasi makam tokoh adat Kei.

Perempuan Kei, Simbol Penyatu

Dalam sambutannya, Bupati Thaher menegaskan bahwa peringatan Hari Nen Dit Sakmas bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga refleksi mendalam tentang peran perempuan Kei.

“Perempuan Kei itu bukan hanya yang lahir di Kei. Siapapun yang menikah dengan orang Kei, tinggal di Kei, makan dan minum di Kei, itu semua orang Kei. Kei tidak pernah membeda-bedakan,” tegas Thaher, disambut tepuk tangan peserta acara.

Menurutnya, sejarah Nen Dit Sakmas mengajarkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan adat dan kehidupan sosial masyarakat Kei. Bahkan, dalam Hukum Larvul Ngabal, tiga dari tujuh pasalnya secara khusus mengatur tentang harkat dan martabat perempuan.

Tiga Pilar Kehidupan Kei

Bupati Thaher juga menyinggung makna filosofis dari Tugu Nen Dit Sakmas yang berdiri tegak dengan tiga pilar utama. Tiga pilar tersebut melambangkan adat, pemerintah (kubni), dan agama.

“Sebelum lahirnya Pancasila, sebelum masuknya agama, adat sudah lebih dulu hadir ratusan tahun lalu. Adat itu universal, bisa diterima dalam agama apa saja. Tidak ada satu pun pasal dalam Hukum Larvul Ngabal yang bertentangan dengan ajaran agama,” ujar Thaher.

Ia menambahkan, adat dan agama berjalan seiring, melandasi kehidupan masyarakat Kei yang damai dan harmonis hingga kini.

Nen Dit Sakmas, Perempuan Luar Biasa

Bupati Thaher menilai Nen Dit Sakmas sebagai perempuan pemberani yang berani menegakkan hukum adat bersama para hilaai (tokoh adat besar). Bahkan, ia menyebut tokoh perempuan ini sebagai sosok “tomboy” yang gigih memperjuangkan eksistensi kaum perempuan di tengah masyarakat patriarkis pada zamannya.

“Kalau sekarang istilahnya tomboy. Beliau mencari makan sendiri, berjuang sendiri, tapi selalu menegakkan martabat perempuan. Karena itu, kita wajib memperingatinya setiap tahun agar nilai-nilainya tidak hilang,” ungkapnya.

Refleksi Sejarah, Pesan untuk Generasi Muda

Bupati juga menyinggung pengalaman pribadinya saat pertama kali terpilih menjadi kepala daerah periode 2018–2023. Ia mengaku banyak menghadapi fitnah dan tantangan, namun memilih meneladani keberanian Nen Dit Sakmas.

“Fitnah biarlah masuk kanan keluar kiri. Tapi saya harus tetap memperingati hari ini untuk mengingatkan semua bahwa Nen Dit Sakmas adalah perempuan luar biasa yang bersama para tokoh adat melahirkan Hukum Larvul Ngabal sebagai pedoman hidup orang Kei,” katanya.

Ia menegaskan, peringatan Hari Nen Dit Sakmas tidak hanya untuk mengenang sejarah, tetapi juga untuk mengajarkan generasi muda agar mencintai adat, menghargai perempuan, serta menjaga persatuan di tanah Kei.

Rangkaian Kegiatan

Selain Ceremony, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara juga menggelar ziarah pada Senin (8/9/2025) ke sejumlah makam tokoh adat, termasuk Makam Nen Dit Sakmas di Ohoi Semawi, Makam Rat Ohoivuur Ohoi Letvuan, dan Kediaman Rat Famur Danar, Siran Siryen.

Peserta ziarah diwajibkan mengenakan busana adat Kei, sementara para ibu menggunakan kebaya putih dan selendang kuning. Dua buket bunga juga disiapkan sebagai tanda penghormatan.

Harapan Bupati

Di akhir sambutannya, Bupati Thaher berharap peringatan tahun depan bisa lebih meriah dan bermakna.

“Bukan soal meriahnya, tapi maknanya bagi kita semua. Semoga Tuhan memberkati, tahun depan kita bisa laksanakan lagi dengan lebih baik, agar nilai-nilai adat dan budaya Kei terus hidup dalam setiap generasi,” pungkasnya.

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR