Festival bertema “Wulurat dalam Pesona Budaya dan Sejarah” ini merupakan bagian dari program pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang diinisiasi oleh BPK Wilayah XX. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi ruang ekspresi budaya masyarakat pesisir dan kepulauan, khususnya di Kepulauan Kei.
Agenda Pembukaan Meriah
Acara akan dimulai pukul 09.30 WIT dengan prosesi penyambutan tamu undangan secara adat di pintu masuk Ohoi Lorong. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan oleh MC, doa rohaniawan, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, laporan panitia oleh Kepala BPK Wilayah XX Maluku, serta sambutan resmi dari Bupati Maluku Tenggara.
Sebagai tanda dimulainya acara, akan dilakukan pemukulan Tifa dan penyuapan Tahuri yang turut didampingi Forkopimda, camat, kepala dinas kebudayaan, tokoh agama, tokoh adat, dan aparat keamanan setempat.
Napak Tilas Benteng El Walob
Sekitar pukul 11.00 WIT, rombongan tamu undangan akan melakukan kunjungan ke Benteng El Walob, salah satu peninggalan sejarah yang menjadi ikon budaya di Ohoi Wulurat. Di lokasi ini, pengunjung akan disambut secara adat, mengikuti ritual doa, sekaligus mendengarkan penjelasan sejarah benteng.
Selain itu, tamu undangan juga akan berkesempatan melihat pameran UMKM pada 10 stand yang menampilkan produk lokal, serta berfoto bersama di dalam benteng bersejarah tersebut.
Makan Siang dan Pertunjukan Seni
Selepas kunjungan, acara akan dilanjutkan dengan makan siang bersama yang dipandu oleh panitia. Momentum ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi antara masyarakat, tokoh adat, seniman, pelajar, hingga pejabat daerah.
Pada sore hari, sekitar pukul 14.00 WIT, panggung festival akan diramaikan dengan pertunjukan seni budaya dari 10 sanggar atau komunitas budaya. Tak hanya itu, para seniman dan artis lokal Kei juga akan menghibur masyarakat dengan beragam penampilan musik dan tarian khas daerah.
Dukungan untuk Pelestarian Budaya
Kepala BPK Wilayah XX, Dody Wiranto, SS.M.Hum., dalam surat resminya menyampaikan bahwa festival ini diadakan untuk memperkuat identitas budaya masyarakat di pesisir dan kepulauan. Menurutnya, keberadaan tradisi lokal seperti tarian, musik rakyat, cerita lisan, permainan tradisional, hingga kuliner khas daerah harus terus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.
“Festival ini melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat Ohoi Wulurat dan ohoi-ohoi sekitarnya, termasuk tokoh adat, seniman lokal, pelajar, dan pemuda. Melalui kegiatan ini, kita ingin memastikan bahwa warisan budaya leluhur tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda,” tulisnya.
Dihadiri Tokoh Penting
Acara ini dijadwalkan akan dihadiri Bupati Maluku Tenggara, Camat Kei Besar, Danramil, Kapolsek Kei Besar, Kepala Ohoi Wulurat, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya. Festival juga mengundang media lokal maupun nasional untuk meliput jalannya kegiatan.
Menjaga Warisan untuk Masa Depan
Festival Jejak Budaya Benteng Batu Wulurat 2025 diharapkan tidak hanya menjadi ajang hiburan dan perayaan budaya, tetapi juga momentum penting dalam menjaga warisan sejarah dan kearifan lokal. Dengan keterlibatan aktif generasi muda, kegiatan ini diyakini mampu memperkokoh jati diri masyarakat Kei sekaligus memperkuat sektor pariwisata budaya di Maluku Tenggara.