Ketua Panitia, Carolus Lasol, menjelaskan bahwa perarakan arca yang awalnya hanya dilakukan dalam lingkup kecil antar-rukun kini berkembang menjadi perayaan iman yang lebih besar, yang bertujuan memperdalam spiritualitas umat Katolik.
“Kegiatan ini tidak hanya menjadi media penghayatan iman, tetapi juga mengajak seluruh masyarakat Kota Ambon untuk bersama-sama memanjatkan doa berdasarkan keyakinan masing-masing demi kedamaian, toleransi, dan persaudaraan di bumi raja-raja ini,” ujarnya.
Lasol menambahkan, tema perayaan tahun ini “Mari Kita Wujudkan Kota Ambon, Maluku, dan Indonesia Terbaik” mencerminkan komitmen umat untuk menularkan nilai-nilai kebaikan dari Ambon untuk Indonesia. Perarakan arca berlangsung selama dua hari, 22–23 November 2025, dengan tiga agenda utama.
Pertama, acara pembuka di halaman Gereja Santo Joseph Passo. Kedua, prosesi perarakan Arca Kristus Raja Alam Semesta yang melintasi berbagai wilayah Kota Ambon, termasuk 10 gereja GPM dan 9 gereja Katolik. Prosesi ini juga disertai doa lintas agama oleh para tokoh agama, serta kunjungan ke Gong Perdamaian Dunia sebagai simbol kerukunan dan toleransi. Ketiga, perayaan Ekaristi bersama umat pada Minggu (23/11).
Pelaksanaan kegiatan menelan anggaran sebesar Rp170 juta yang berasal dari usaha panitia, para donatur, serta dukungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Ambon. Panitia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, TNI–Polri, pemerintah, dan seluruh umat Katolik di Ambon.
Dalam kesempatan tersebut, Vikaris Jenderal Keuskupan Amboina, RD. Anton Kewole Lerek, mewakili Uskup Diosis Amboina, menyampaikan pesan iman tentang Kristus sebagai Raja alam semesta yang hadir untuk menyelamatkan manusia.
Ia menegaskan bahwa prosesi arca bukanlah penyembahan berhala, tetapi sebuah bentuk penghormatan, sebagaimana tradisi alkitabiah ketika bangsa Israel mengarak Tabut Perjanjian sebagai simbol kehadiran Allah. “Raja yang kita hormati ini adalah Raja yang memerintah sampai selama-lamanya—Sang Juru Selamat yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya,” tutur RD. Anton.
Sementara itu, Wali Kota Ambon yang diwakili Penjabat Sekretaris Kota Ambon, Robert Sapulette, menyampaikan apresiasi pemerintah terhadap kegiatan yang dinilai memperkuat nilai doa, damai, dan persaudaraan di Ambon.
“Perayaan Kristus Raja alam semesta adalah momen penting bagi umat Katolik untuk memuliakan Kristus sebagai Raja Damai. Jika kita mengakui Dia sebagai Raja, maka menjadi tugas kita untuk menyebarkan damai di manapun berada,” jelas Sapulette.
Ia menekankan bahwa kedamaian dan kebersamaan menjadi syarat utama keberhasilan pembangunan. “Tanpa damai, tidak ada program pembangunan yang dapat berjalan baik. Karena itu, melalui perarakan ini, kita menghidupkan semangat toleransi dan persaudaraan untuk Ambon yang aman dan damai,” tambahnya.
Pemerintah Kota Ambon berharap kegiatan ini terus menjadi agenda rohani yang memperkuat nilai toleransi antarumat beragama dan menjadi sumbangsih Ambon bagi Indonesia. “Jika Ambon damai, Maluku damai, maka Indonesia pun akan aman dan damai,” tutup Sapulette.


