“Cabai memang mahal sekarang, bukan cuma di Maluku Tenggara, tapi hampir di seluruh Indonesia. Di provinsi saja, setumpuk kecil bisa mencapai Rp10 ribu. Ini karena faktor cuaca dan ketersediaan pasokan,” ujar Netty saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/7/2025).
Sementara untuk komoditas sembako lainnya, ia memastikan masih dalam kondisi stabil. Meski harga beras mengalami sedikit kenaikan, namun dinilai belum mengganggu daya beli masyarakat secara keseluruhan.
“Beras memang naik sedikit, tapi tidak sampai berdampak besar terhadap stabilitas konsumsi masyarakat,” katanya.
Netty juga menyoroti kecenderungan masyarakat yang terlalu bergantung pada konsumsi beras. Ia mengingatkan pentingnya kembali menghidupkan konsumsi pangan lokal seperti embal (sagu), yang selama ini perlahan ditinggalkan.
“Pemerintah sebenarnya sudah punya program One Day No Rice, tapi belum begitu berjalan. Padahal, dengan naiknya harga beras, ini seharusnya menjadi momentum kita mendorong konsumsi pangan lokal,” jelasnya.
Menurut Netty, salah satu tantangan dalam konsumsi pangan lokal seperti embal adalah harganya yang lebih tinggi dibanding beras. Hal ini terjadi karena keterbatasan petani lokal dan proses produksinya yang masih tradisional.
Kerja Sama dengan Maluku Tengah untuk Pasok Beras
Guna menjaga stabilitas harga dan pasokan beras di Maluku Tenggara, Disperindagker saat ini tengah membangun kerja sama dengan pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Dalam kerja sama ini, pemerintah Malra akan membeli beras dari desa-desa yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Maluku Tengah.
“Di sana ada desa yang memang fokus menanam padi. Jadi nanti kita beli langsung dari mereka lewat BUMDes. Ini akan jadi pasokan alternatif yang berkelanjutan,” jelas Netty.
Ia menambahkan, kerja sama ini bertujuan melengkapi peran Bulog dalam menjaga ketersediaan beras. Dengan adanya pasokan dari Maluku Tengah, pemerintah daerah berharap tidak tergantung pada satu sumber saja, terutama jika pasokan dari Bulog terlambat.
“Bulog tetap jadi mitra utama. Tapi kalau pengiriman bulog terlambat, pasokan dari Maluku Tengah bisa menutupi kekosongan. Kita ingin sistem yang saling melengkapi,” tandasnya.
Kerja sama tersebut direncanakan akan difinalisasi dalam bentuk nota kesepahaman atau MoU dalam waktu dekat.