Hal ini disampaikannya saat menerima rombongan mahasiswa KKN UGM di ruang kerjanya pada Rabu, 25 Juni 2025. Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan akrab itu, Wabup menyampaikan berbagai pesan inspiratif yang sarat nilai perjuangan dan pengabdian.
Rahantoknam mengaku terkesan setelah mengetahui secara langsung skala dan dampak kegiatan KKN UGM yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan sebelumnya.
“Ternyata program KKN ini besar sekali. Dulu saya kira hanya kegiatan kecil di kampung. Tapi sekarang saya paham bahwa program ini sangat bersejarah dan memberi manfaat nyata. Pemerintah daerah tentu sangat mendukung,” ujarnya.
Efisiensi dan Inovasi untuk Pemerintahan yang Lebih Baik
Wabup juga menekankan pentingnya efisiensi dan inovasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia menjelaskan bahwa efisiensi bukan sekadar penghematan, melainkan penataan ulang agar sistem lebih efektif dan adaptif terhadap tantangan zaman.
“Efisiensi bukan berarti pemangkasan, tapi bagaimana kita menata ulang agar lebih inovatif dan berdampak langsung bagi masyarakat. Saya dan Pak Bupati sepakat bahwa inovasi adalah kunci kemajuan,” jelasnya.
Dari Kampung hingga Jabatan Publik: Kerja Keras Tak Pernah Mengkhianati Hasil
Di hadapan para mahasiswa, Rahantoknam turut membagikan kisah perjalanannya dari kampung hingga menjadi Wakil Bupati. Ia menceritakan masa kecilnya di Kei Besar, masa remaja di Tual, hingga kemudian menempuh pendidikan tinggi di Universitas Airlangga, Surabaya, dan menjadi notaris sebelum terjun ke dunia politik.
“Saya berasal dari kampung, sekolah dari SMP di Kei Besar, lanjut SMA di Tual, lalu kuliah hingga akhirnya buka kantor sendiri. Di usia 34 tahun, saya dipercaya menjadi Wakil Bupati. Jadi adik-adik, jangan pernah batasi diri. Semua ada jalannya jika mau kerja keras,” tegasnya.
Tantangan Kehidupan di Kepulauan: Ujian Nyata Pengabdian
Rahantoknam mengingatkan para mahasiswa agar tidak kaget dengan kondisi sosial dan ekonomi di wilayah kepulauan. Menurutnya, biaya hidup yang lebih tinggi dan keterbatasan akses adalah tantangan nyata yang akan mereka hadapi selama KKN.
“Jangan kaget kalau makan di sini lebih mahal dibanding di Jogja. Satu porsi bisa sampai Rp30 ribu. Tapi masyarakat di sini sangat ramah dan terbuka. Jangan ragu untuk berbaur dan belajar dari mereka,” katanya.
Jangan Pacaran Selama KKN, Fokuslah pada Misi
Dengan gaya khas yang santai dan penuh humor, Wabup menyentil soal relasi antarpribadi yang bisa menjadi distraksi selama menjalani program KKN. Ia mendorong mahasiswa untuk tetap fokus pada misi pengabdian.
“Saya selalu bilang ke tim, jangan pacaran selama KKN. Fokus dulu pada pengabdian. Habis KKN baru silakan. Di Jogja masih ada waktu untuk nembak,” ucapnya disambut gelak tawa para mahasiswa.
Tinggalkan Zona Nyaman, Hadapi Tantangan
Rahantoknam mengingatkan bahwa kenyamanan sering kali menjadi penghambat kemajuan. Ia mengajak mahasiswa untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan sebagai proses pembentukan karakter.
“Kadang suasana kekeluargaan bikin kita nyaman. Tapi jangan sampai itu menumpulkan semangat kerja dan inovasi. Justru tantanganlah yang membentuk kita jadi lebih kuat,” katanya.
Kerja Keras dan Ketulusan adalah Modal Kepemimpinan
Menutup pertemuan, Wabup kembali memotivasi para mahasiswa untuk menjalani KKN dengan kesungguhan hati dan niat tulus. Ia meyakini bahwa kombinasi kerja keras dan pengabdian akan membawa hasil yang bermakna.
“Setiap orang punya jalan hidup masing-masing. Tapi satu yang pasti, kerja keras dan ketulusan akan selalu membuahkan hasil. Jangan takut bermimpi besar. Dari kampung pun, kalian bisa jadi pemimpin,” pungkasnya.
Program KKN UGM di Maluku Tenggara diharapkan menjadi wadah pembelajaran lintas budaya dan jembatan pengabdian antara dunia akademik dan masyarakat. Selain memperkuat nilai kolaborasi, kegiatan ini juga menjadi cermin keterlibatan mahasiswa dalam mendukung pembangunan daerah, khususnya di wilayah timur Indonesia.