Dalam wawancara bersama wartawan, Luther menyampaikan bahwa kehadiran Bupati di tengah masyarakat merupakan bentuk empati dan komitmen moral, bukan sekadar pencitraan seperti yang dituding oleh sejumlah pihak.
“Pak Bupati ini sudah di periode kedua dan terakhir. Sebenarnya, beliau tidak berkewajiban untuk datang. Tapi beliau tetap hadir, dan itu menunjukkan bahwa beliau punya hati yang tulus untuk orang Kei Besar,” ujar Luther.
Luther menyebutkan, bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi sehari sebelumnya, Senin (2/6), menyebabkan delapan rumah warga mengalami kerusakan berat, dan sembilan lainnya rusak ringan. Ia menegaskan bahwa peristiwa tersebut murni akibat faktor alam, bukan karena kelalaian pembangunan.
“Ini bukan bencana yang direkayasa. Ini kejadian ketiga yang kami alami. Tahun 2006 sekitar 20 rumah ambruk, lalu terjadi lagi tahun 2008. Dan kemarin terulang kembali. Ini murni bencana alam,” jelasnya.
Sebagai putra asli Ohoi Weduar, Luther mengungkapkan rasa terima kasih mendalam atas perhatian pemerintah daerah. Ia berharap masyarakat tidak terpengaruh opini negatif dan justru tetap mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana serta pembangunan daerah.
Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan saling mendoakan, agar musibah serupa tidak terulang kembali di masa depan.
“Kita tidak tahu kapan bencana datang. Karena itu, mari kita jaga lingkungan dan bersiap siaga. Dan mari kita doakan juga agar Pak Bupati diberi kesehatan, karena beliau benar-benar tulus membangun Kei Besar,” pungkasnya.
